PantiAsuhan Sekitar Sini Sidoarjo | 0895-2497-0670, panti asuhan sekitar sini, panti asuhan yayasan kasih mandiri bersinar, panti asuhan griya asih, terangkan pentingnya lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat, lembaga sosial terbentuk dari, panti asuhan darul hadlonah, menyerahkan atau memberikan sejumlah uang untuk membantu kegiatan panti asuhan termasuk, nama yayasan sosial, panti asuhan
PantiAsuhan Bina Siwi, Mandiri Lintas Generasi. IS. Irvandias Sanjaya. 01 Agustus 2016 15.25 WIB • 2 menit. Isu tentang disabilitas nampaknya kini telah menyebar dan banyak diketahui oleh semua orang seiring dengan perbaikan dalam bentuk kebijakan maupun aksi sosial yang dilakukan dan dinisiasi oleh pihak pemerintah, NGO, maupun lembaga
SimakDi Sini. By Mitra Yatim 2 Desember 2021. Isi Paket Santunan Anak Yatim. Memberikan santunan kepada anak yatim memang sudah menjadi tradisi dari masyarakat Indonesia. Selain tradisi, hal ini juga salah satu ajaran yang diperintah di dalam agama Islam. Tak dapat dipungkiri, di setiap waktu pasti ada anak yatim dan perlu perhatian dari
Anak panti dengar suara bayi menangis. Sebelumnya ada orang wara-wiri di jalan sini," kata Yudiarto saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu (21/11/2021). Tak lama kemudian, ia melanjutkan, mereka menghilang bersama, diduga usai membuang bayi tersebut di sekitar panti depan sekolah. Yudiarto lalu melaporkan adanya temuan bayi ini ke polisi.
SEMARANG Kota Semarang, Jawa Tengah sudah tak asing dengan Panti Asuhan Manarul Mabrur yang dikenal banyak mengasuh bayi hasil hubungan di luar nikah. Panti asuhan tersebut terletak di Jalan Shirotol Mustaqim, Pudak Payung, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak 31 bayi dan 49 anak-anak dirawat di Panti Asuhan Manarul Mabrur.
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. "Anakku... Anakku.... Anakku...." Rois Bawono Hadi, 56, mendekap sambil menyenandungkan sebuah kidung di telinga bayi yang belum genap berusia satu tahun itu. Perlahan kelopak mata bayi tersebut terpejam. Terlelap dalam pelukan kasih sayang ayah asuhnya. Bayi tersebut adalah satu dari 78 penghuni Panti Asuhan Manarul Mabrur di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. "Total ada 78. Ada 32 bayi berumur kurang dari satu tahun. Lalu anak-anak usia satu tahun sampai sekolah dasar ada 27 orang. Sisanya orang dewasa," Rois merinci jumlah penghuni panti asuhannya kepada DW Indonesia. Pria kelahiran Probolinggo, Jawa Timur, ini menerawangkan mata sembari mengingat perjalanan awal panti ini pada Januari 2012 silam. Saat itu Rois dan beberapa pendiri awal panti, termasuk istrinya, merasa perlu melakukan aksi nyata untuk generasi muda. Rois dan pendiri awal sepakat membiayai pendidikan anak-anak jalanan yang dibina di Dinas Sosial Kota Semarang. Tidak mudah, karena anak-anak sudah mengenal konsep uang sejak dini. Banyak dari anak-anak tersebut yang tidak melanjutkan sekolah dan kembali ke jalan mencari uang dengan meminta-minta. Berangkat dari keprihatinan Rois menuturkan kepada DW Indonesia bahwa mental mengemis yang ada di lingkungannya harus diubah. "Orang lumpuh, ngemis. Orang buta, ngemis. Mental ngemis ini harus dibongkar," tegas Rois. Panti Asuhan Manarul Mabrur mengajarkan filosofi kemandirian kepada penghuninya. Bahkan, sejak awal berdiri hingga hari ini, Rois mengatakan tidak pernah mencari donatur untuk menyumbang atau menulis proposal pengajuan bantuan. Atas prinsip itu, panti asuhan seluas meter persegi ini tidak sanggup menggaji karyawan. Semua kegiatan operasional sehari-hari dikerjakan oleh Rois yang dibantu oleh istri dan anak perempuannya, Linda. Kepada anak-anak asuhnya, Rois punya dua larangan utama. “Dilarang ngeluh. Itu bukan solusi permasalahan. Kedua, dilarang menolak rejeki yang datang baik itu pahit dan manis,” Leo Galuh/DW "Sampai hari ini saya tidak pernah ajak orang untuk bergabung. Lha wong karena saya tidak bisa nggaji membayar mereka," kata Rois. Dia menambahkan banyak orang yang skeptis akan kesanggupan Rois menjalankan panti asuhan tanpa dukungan dana. "Oleh karena itu, jadikan sanggup dari hal-hal yang tidak sanggup. Orang sibuk dengan urusan perut. Ini urusan hati," ujar Rois. Kemandirian menjadi elemen penting di panti ini. Rois tidak ingin anak-anak asuhnya mengharapkan belas kasih dari seseorang. Sebagai contoh, anak-anak dibiasakan mencuci sendiri pakaian mereka karena keterbatasan tenaga pengasuh di panti ini. Selain kemandirian di rumah, anak asuh pun diajarkan berbagai macam keterampilan yang bisa berguna bagi hidup mereka. Bahkan, Rois menambahkan, banyak orang-orang baik di sekitar Semarang yang kemudian tergerak untuk berkunjung menawarkan pelatihan kemampuan dasar bekerja. Anak-anak yang lebih besar di panti itu bahkan menguasai beragam keterampilan teknis seperti bartender, barista, sablon, mesin, las, dan mengukir relief, kata Rois dengan penuh rasa bangga. Walaupun lahir di luar pernikahan, anak-anak tersebut tetap mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara Indonesia, ucap akta kelahiran buat "Soekarno" Di panti itu Rois hadir sebagai sosok ayah bagi anak-anak asuhnya yang kebayakan lahir di luar ikatan pernikahan. Dirinya memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh anak asuh termasuk sejumlah ibu hamil yang juga tinggal di sana. Pasal 43 ayat 1 Undang Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dokumen kewarganegaraan terutama akta kelahiran menjadi bukti otentik yang krusial bagi seseorang untuk dapat mendapatkan hak-hak sebagai warga negara Indonesia. Namun terkadang proses mendapatkan dokumen ini tidak mudah bagi anak yang lahir di luar pernikahan. Rois mencari solusi jangka panjang untuk menyikapi hal tersebut. "Kalo orang tuanya adalah mahasiswa, kan mereka udah punya KTP. Nah anaknya tetap bisa memiliki akta kelahiran. Tapi hanya tertera nama si ibu. Nama ayah tidak ada. Si anak akan ikut di Kartu Keluarga KK ibunya," papar Rois. Sedangkan bagi orang tua yang belum punya KTP, Rois melanjutkan, si anak tetap bisa memiliki akta kelahiran namun tidak ada nama di kolom ayah dan ibunya. Anak tersebut akan menyandang status anak asuh di KK milik Rois. Rois pun turut memberi nama bagi bayi-bayi tersebut atas persetujuan orang tuanya. Dia mengambil inspirasi nama-nama tersebut dari tokoh pewayangan Jawa, tokoh nasional, dan nama artis. "Lho saya itu sampai kehabisan ide untuk ngasih nama anak. Ya sudah saya kasih nama yang mudah diingat misalnya Soekarno, Elvi Sukaesih," kata Rois tergelak. Ia bercita-cita ingin menyekolahkan seluruh anak-anak asuhnya sampai jenjang S2 dengan biaya sendiri. Sampai hari ini, Rois sudah berhasil mengantarkan dua anak asuhnya menyandang gelar sarjana dan empat lainnya telah menyelesaikan pendidikan D3. Bukan untuk diadopsi Aroma minyak kayu putih dan minyak telon menyeruak memenuhi rongga hidung saat DW Indonesia memasuki ruangan bayi. Jeritan tangis dan gelak tawa bayi bercampur menjadi satu di ruangan itu. Bahkan ada bayi yang masih berusia beberapa hari, terlihat dari warna kulit yang masih merah. "Saya melarang pihak luar mengadopsi anak-anak tersebut. Para orang tua menitipkan dan akan mengambil kembali anaknya. Itu amanah yang harus saya jaga," kata Rois yang kerap dipanggil abi oleh anak-anak asuhnya. Bayi-bayi tersebut sebagian besar adalah hasil dari hubungan badan di luar pernikahan yang dilakukan orang tua mereka yang masih duduk di bangku perkuliahan, kata Rois. Malah ada juga bayi-bayi dari hubungan seks tidak sah dilakukan oleh pelajar yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas SMA, bahkan menengah pertama SMP, menurut Rois. Salah satu plang di Panti Manarul Mabrur. Plang lain juga menegaskan bahwa panti ini tidak meminjamkan bayi dengan alasan apa Leo Galuh/DW Data Kementerian Kesehatan dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia KPAI pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa sekitar sebesar 62,7% remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Lebih lanjut, penelitian kolaborasi antara Badan Perencanaan Daerah Bappeda Kota Semarang dan Universitas Negeri Semarang pada tahun 2019 menunjukkan bahwa lebih dari 90% pelaku pernikahan dini adalah pelaku seks bebas dan 83,88% menikah karena hamil di luar nikah di kota Semarang. Lindungi ibu hamil dari stigma Panti Asuhan Manarul Mabrur juga menyediakan ruangan khusus untuk ibu hamil. Saat ini ada 13 ibu hamil yang sedang menunggu waktu untuk melahirkan. "Mereka datang ke sini dalam kondisi hamil. Di sini mereka menyembunyikan diri dari masyarakat karena malu," ujar Rois dengan nada prihatin. "Kalau si ibu hamil datang sendirian tanpa laki-laki, saya yang membiayai proses melahirkan. Sedangkan kalau laki-lakinya ikut datang, saya meminta si laki laki untuk patungan," ujar Rois. Tidak jarang ibu-ibu yang sudah melahirkan akan menitipkan anaknya di panti naungan Rois. Mereka akan kembali ke panti dan mengambil anaknya di saat mereka sudah siap. Baik sudah lulus pendidikan, menikah secara sah, atau memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sang anak. ae
Semarang - Kehangatan penuh canda terpancar di sudut panti asuhan yang berada di antara Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo. Dinginnya udara pagi, menyambut bersama 37 anak dari balita hingga remaja, yang berasal dari Papua, Kalimantan hingga Jawa yang tinggal bersama di bawah atap Panti Asuhan Harapan Kasih, Ambarawa. Semula, tatapan penuh tanda tanya tampak di wajah mereka yang tampak tegang karena bertemu tamu yang belum dikenal. Namun, setelah beberapa saat bertegur sapa, mereka dengan ramah menyapa dan sesekali melempar senyum. Polisi Tangkap Remaja Perempuan Diduga Pembuang Bayi di Panti Asuhan Bak Sinetron, Akal-Akalan Sepasang Kekasih Membuang Bayi ke Panti Asuhan Cerita Kurir Sabu Sumbangkan Upahnya untuk Bangun Panti Asuhan Berbagai permainan dari menguji memori hingga mengenal negara Sakura, Jepang menjadi pencair suasana yang sebelumnya kaku. Canda dan hukuman kecil membuat anak penghuni panti asuhan yang berlatar belakang agama, suku maupun ras berbeda ini. Itu hari, anak-anak kedatangan tamu dari jauh. Namanya, Kenichi Morita, Direktur PT Japantech Indojaya pengusaha asal Jepang. Ia mengajak anak-anak bermain. “Di sini masih ada 37 anak yang bertahan. Ada yang beragama Katolik, Kristen dan Islam. Ada yang dari Papua, dan ada yang dari Jawa. Berbagai suku ada disini,” kata Deni Setiawan, pengelola Panti Asuhan Kasih Harapan, Ambarawa. Menjaga anak panti asuhan di masa pendemi Covid-19, memberikan tantangan lebih. Saat masyarakat umum bertahan dengan keluarga mereka dari ancaman Covid-19, pengelola panti harus tetap menghidupi anak asuh. ** IngatPesanIbu Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan. Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Video Pilihan Berikut IniRahasia Sembuhnya Seluruh Santri Ponpes Nurul Hidayah Kebumen dari Covid-19
Buka kontenBuka menu utamaBuka situs DW lainnyaVideoKawasanIndonesiaAsiaJermanEropaTopikHak Asasi ManusiaAlam dan LingkunganInovasiKategoriPolitikIptekSosial dan BudayaLive TVVideoFokusGempa BumiInovatorEcoFrontlinesKemandirian menjadi elemen penting di Panti Asuhan Manarul Mabrur di Semarang. Rois tidak ingin anak-anak asuhnya mengharapkan belas kasihan dari orang Leo Galuh/DW7 fotoSosialIndonesiaLeo Galuh21 Mei 2022 bagian berikutnya Topik terkaitTopik terkaitLewatkan bagian berikutnya Liputan utama DWLiputan utama DWKrisis Iklim, Sekjen PBB Kecam Perusahaan Bahan Bakar FosilAlam dan Lingkungan47 menit laluLewatkan bagian berikutnya Liputan DW lainnyaLiputan DW lainnyaAsiaAmbisi Ekonomi Cina Jadi Daya Tarik Besar bagi Arab SaudiAmbisi Ekonomi Cina Jadi Daya Tarik Besar bagi Arab SaudiEkonomi15 Juni 2023Liputan lainnya dari AsiaJermanSektor Perjalanan dan Pariwisata Dekati Level Pra-CovidSektor Perjalanan dan Pariwisata Dekati Level Pra-CovidEkonomi15 Juni 2023Liputan lainnya dari JermanEropaApakah UE akan Mampu Capai Target Iklim 1,5 Derajat Celsius?Apakah UE akan Mampu Capai Target Iklim 1,5 Derajat Celsius?Alam dan Lingkungan2 jam laluLiputan lainnya dari EropaKe halaman utamaIklan
Teenager who live in orphanage ideally able to make adjustments to the environment. In fact, foster children are often faced with the problem of adaptation to the environment. This research aims to find out what the problem is in the orphan natural adjustment to the environment both in the home environment include peers, caregivers, and outside the home environment includes public and school. This research is descriptive. The research subjects were 24 people at the junior high school level. This research instruments were questionnaires. The result of the research reveal that orphans having trouble adjusting to the orphanage environment include peer environments, to establish good relationship with peers, and adjustment problems with the caregiver in having the awareness of caregivers authority. Furthermore, the orphanage problems in adjustment to the environment outside the orphanage, include public around the orphanage is to be sympathetic to the welfare of others, and the problems of adjustment to the school environment is able to make the subject as comfortable as possible. Keywords Problem, Adaptation, The Ophanage’s Kata Kunci Masalah, Penyesuaian Diri, Panti Asuhan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 3 Number 3 Sept 2014ISSN 1412-9760Received July 19, 2014; Revised Augustus 10, 2014; Accepted September 30, 2014Masalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti AsuhanDalam Penyesuaian Diri Dengan LingkunganSilfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahUniversitas Negeri Padang, Universitas Negeri Padang & Universitas Negeri Padang 3Email silfia_rahmah who live in orphanage ideally able to make adjustments to the environment. In fact, fosterchildren are often faced with the problem of adaptation to the environment. This research aims tofind out what the problem is in the orphan natural adjustment to the environment both in the homeenvironment include peers, caregivers, and outside the home environment includes public andschool. This research is descriptive. The research subjects were 24 people at the junior high schoollevel. This research instruments were questionnaires. The result of the research reveal that orphanshaving trouble adjusting to the orphanage environment include peer environments, to establishgood relationship with peers, and adjustment problems with the caregiver in having the awarenessof caregivers authority. Furthermore, the orphanage problems in adjustment to the environmentoutside the orphanage, include public around the orphanage is to be sympathetic to the welfare ofothers, and the problems of adjustment to the school environment is able to make the subject ascomfortable as Problem, Adaptation, The Ophanage’sKeywordsMasalah, Penyesuaian Diri, Panti AsuhanCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedPENDAHULUANManusia selain dikenal sebagai makhluk individu, juga dikenal sebagai makhluk sosial. Manusia tidak hidupsendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain, sehingga didalam kehidupan inimanusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana hidupbersama orang lain, cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan Bimo Walgito 199025 manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari salingberinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Agar individu berhasil dalam berinteraksidengan lingkungan, individu itu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan Sunarto dan Agung Hartono ¬2008224 individu dikatakan ber-hasil dalam melakukanpenyesuaian¬¬ diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapatditerima oleh lingkungan tanpa me¬¬rugikan atau mengganggu pendapat di atas dapat disimpulkan interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungannyabersifat timbal balik dan saling mempengaruhi Individu, dapat meng-atasi masalahnya sendiri, juga dapatmengatasi berbagai masalah yang me-nimbulkan ketidak¬nyamanan dalam hidup bersama. Namun dalamkenyataan¬nya, suatu hubungan yang harmonis tidak didapat semudah yang dibayangkan karena adabeberapa faktor yang berpengaruh. Salah satu faktornya adalah bagaimana kemampuan individu dapatmenyesuaikan diri dengan lingkungan dalam penyesuaian diri sering terjadi pada remaja karena masa remaja meng¬alami masapencarian jati diri, menurut Djaali 200075 dalam masa perkem-bangannya, pribadi dari para remajamengalami banyak masalah dalam masa penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,karena pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Sedangkan dalam masa pertumbuhan-nya iamengalami ketegangan batin akibat dari ingin lepasnya ke-tergantungan dan pengawasan dari orang lain 3 Number 3 Sept 2014ISSN 1412-9760Received July 19, 2014; Revised Augustus 10, 2014; Accepted September 30, 2014Masalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti AsuhanDalam Penyesuaian Diri Dengan LingkunganSilfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahUniversitas Negeri Padang, Universitas Negeri Padang & Universitas Negeri Padang 3Email silfia_rahmah who live in orphanage ideally able to make adjustments to the environment. In fact, fosterchildren are often faced with the problem of adaptation to the environment. This research aims tofind out what the problem is in the orphan natural adjustment to the environment both in the homeenvironment include peers, caregivers, and outside the home environment includes public andschool. This research is descriptive. The research subjects were 24 people at the junior high schoollevel. This research instruments were questionnaires. The result of the research reveal that orphanshaving trouble adjusting to the orphanage environment include peer environments, to establishgood relationship with peers, and adjustment problems with the caregiver in having the awarenessof caregivers authority. Furthermore, the orphanage problems in adjustment to the environmentoutside the orphanage, include public around the orphanage is to be sympathetic to the welfare ofothers, and the problems of adjustment to the school environment is able to make the subject ascomfortable as Problem, Adaptation, The Ophanage’sKeywordsMasalah, Penyesuaian Diri, Panti AsuhanCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedPENDAHULUANManusia selain dikenal sebagai makhluk individu, juga dikenal sebagai makhluk sosial. Manusia tidak hidupsendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain, sehingga didalam kehidupan inimanusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana hidupbersama orang lain, cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan Bimo Walgito 199025 manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari salingberinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Agar individu berhasil dalam berinteraksidengan lingkungan, individu itu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan Sunarto dan Agung Hartono ¬2008224 individu dikatakan ber-hasil dalam melakukanpenyesuaian¬¬ diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapatditerima oleh lingkungan tanpa me¬¬rugikan atau mengganggu pendapat di atas dapat disimpulkan interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungannyabersifat timbal balik dan saling mempengaruhi Individu, dapat meng-atasi masalahnya sendiri, juga dapatmengatasi berbagai masalah yang me-nimbulkan ketidak¬nyamanan dalam hidup bersama. Namun dalamkenyataan¬nya, suatu hubungan yang harmonis tidak didapat semudah yang dibayangkan karena adabeberapa faktor yang berpengaruh. Salah satu faktornya adalah bagaimana kemampuan individu dapatmenyesuaikan diri dengan lingkungan dalam penyesuaian diri sering terjadi pada remaja karena masa remaja meng¬alami masapencarian jati diri, menurut Djaali 200075 dalam masa perkem-bangannya, pribadi dari para remajamengalami banyak masalah dalam masa penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,karena pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Sedangkan dalam masa pertumbuhan-nya iamengalami ketegangan batin akibat dari ingin lepasnya ke-tergantungan dan pengawasan dari orang lain 3 Number 3 Sept 2014ISSN 1412-9760Received July 19, 2014; Revised Augustus 10, 2014; Accepted September 30, 2014Masalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti AsuhanDalam Penyesuaian Diri Dengan LingkunganSilfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahUniversitas Negeri Padang, Universitas Negeri Padang & Universitas Negeri Padang 3Email silfia_rahmah who live in orphanage ideally able to make adjustments to the environment. In fact, fosterchildren are often faced with the problem of adaptation to the environment. This research aims tofind out what the problem is in the orphan natural adjustment to the environment both in the homeenvironment include peers, caregivers, and outside the home environment includes public andschool. This research is descriptive. The research subjects were 24 people at the junior high schoollevel. This research instruments were questionnaires. The result of the research reveal that orphanshaving trouble adjusting to the orphanage environment include peer environments, to establishgood relationship with peers, and adjustment problems with the caregiver in having the awarenessof caregivers authority. Furthermore, the orphanage problems in adjustment to the environmentoutside the orphanage, include public around the orphanage is to be sympathetic to the welfare ofothers, and the problems of adjustment to the school environment is able to make the subject ascomfortable as Problem, Adaptation, The Ophanage’sKeywordsMasalah, Penyesuaian Diri, Panti AsuhanCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedPENDAHULUANManusia selain dikenal sebagai makhluk individu, juga dikenal sebagai makhluk sosial. Manusia tidak hidupsendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain, sehingga didalam kehidupan inimanusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana hidupbersama orang lain, cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan Bimo Walgito 199025 manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari salingberinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Agar individu berhasil dalam berinteraksidengan lingkungan, individu itu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan Sunarto dan Agung Hartono ¬2008224 individu dikatakan ber-hasil dalam melakukanpenyesuaian¬¬ diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapatditerima oleh lingkungan tanpa me¬¬rugikan atau mengganggu pendapat di atas dapat disimpulkan interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungannyabersifat timbal balik dan saling mempengaruhi Individu, dapat meng-atasi masalahnya sendiri, juga dapatmengatasi berbagai masalah yang me-nimbulkan ketidak¬nyamanan dalam hidup bersama. Namun dalamkenyataan¬nya, suatu hubungan yang harmonis tidak didapat semudah yang dibayangkan karena adabeberapa faktor yang berpengaruh. Salah satu faktornya adalah bagaimana kemampuan individu dapatmenyesuaikan diri dengan lingkungan dalam penyesuaian diri sering terjadi pada remaja karena masa remaja meng¬alami masapencarian jati diri, menurut Djaali 200075 dalam masa perkem-bangannya, pribadi dari para remajamengalami banyak masalah dalam masa penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,karena pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Sedangkan dalam masa pertumbuhan-nya iamengalami ketegangan batin akibat dari ingin lepasnya ke-tergantungan dan pengawasan dari orang lain Silfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahMasalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti Asuhan DalamPenyesuaian Diri Dengan LingkunganKONSELOR Volume 3 Number 3 Sept 2014, pp 106-111menuju kebebasan dari pengawasan dan pengekangan orang dewasa. Seringkali dalam masa penye-suaiandiri ia mengalami rasa resah, kecewa, kebencian, dan ke¬putus¬¬ dengan itu, Sofyan S. Willis 199443 berpendapat kegagalan dalam penyesuaian diri disebabkanadanya faktor-faktor pengalaman terdahulu yang pernah dialami seseorang. Jika seseorang individu di masakanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan maka frustasi dan konflik yang pernahdialaminya dulu itu merupakan penyebab dari kegagalan penyesuaian diri waktu dewasa. Demikian pulasebaliknya, jika sese-orang banyak mendapat keberhasilan dan kebahagiaan di masa kanak-kanak dalampenyesuaian dirinya, maka ia akan memandang positif dan optimis terhadap segala masalah baru yang iahadapi .Remaja yang tinggal di panti asuhan pada dasarnya pernah meng-alami masalah dengan penyesuaian diri,dimana remaja yang tinggal di panti asuhan idealnya mampu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungandalam panti meliputi teman sebaya dan pengasuh, maupun lingkungan luar panti meliputi masyarakat sekitarpanti dan sekolah. dimana dalam menyesuaikan diri di lingkungan baik di panti ataupun di luar pantitentunya banyak masalah-masalah yang dihadapi anak asuh tersebut, baik internal maupun eksternal darianak asuh tersebut dan sering dihadapkan kepada banyak persoalan yang menuntut perubahan dalam segalahal dibandingkan ketika tinggal bersama keluarga. Oleh karena itu, anak asuh diharapkan mampumenyesuaikan diri dengan penelitian Elvira Susanti 201155 terungkap hubungan antara dukungan sos¬ial panti asuhandengan penyesuaian diri remaja terhadap teman sebaya di sekolah, termasuk kategori cukup baik. Walaupunmasih ada remaja yang kurang bisa menyesuaikan diri secara baik terhadap teman sebaya di sekolah. Di siniterlihat dukungan sosial panti asuhan masih tergolong cukup baik, idealnya dukungan sosial panti asuhanterhadap penyesuaian diri anak harus tergolong sangat baik, berarti masih ada masalah-masalah yangdihadapi anak asuh dalam melakukan penyesuaian diri baik di lingkungan panti maupun di lingkungan observasi peneliti di Panti Asuhan Muhammadiyah Cabang Pauh pada tanggal 20 September2013 ditemukan bahwa ada beberapa anak asuh yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan peraturanpanti asuhan, seperti beberapa anak asuh masih egois, senang apabila mengganggu orang lain, berkata kotordan bertengkar dengan temannya, kurang menghargai pengasuh dan teman sepanti, kurang mampu menahandiri, kurang peka terhadap keadaan sekitar, ada juga anak asuh yang suka mencari perhatian orang yang barudatang ke panti seperti suka menangis dengan suara keras dan suka mengganggu teman-temannya dankurang bisa berinteraksi dengan tamu yang mengunjungi panti asuhan atau masyarakat di sekitar panti sepertihanya bermain di lingkungan panti asuhan saja tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar pantiasuhanHasil wawancara peneliti dengan 5 orang anak asuh pada tanggal 20 September 2013 diketahui bahwa anakasuh sulit untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh, dikarenakan masa lalu ketika bersama orang tua , anakasuh cenderung dididik dengan keras atau otoriter, menyebabkan trauma pada diri anak asuh sehinggamempunyai masalah dengan penyesuian diri dengan pengasuh, beberapa anak asuh tidak pernahbersosialisasi dengan masyarakat sekitar, anak asuh beranggapan masyarakat sekitar itu hanya memperolok-olok mereka saja dan di sekolah anak asuh juga sering dicemooh oleh teman-temannya karena tinggal dipanti asuhan. Di sini terlihat anak asuh tidak mampu menyesuaikan dirinya baik di lingkungan panti maupunlingkungan luar panti. Sedangkan hasil wawancara dengan salah satu pengasuh panti asuhan Muhammadiyahpada hari Jum’at 20 September 2013 terungkap bahwa beberapa anak asuh masih sulit mengatur jadwalbelajar, mengatur piket harian, sering bermusuhan sesama anak asuh, sulit untuk bersosialisasi dengan orangbaru, suka memilih-milih teman sehingga ada beberapa anak yang terisolir sehingga ia tidak mempunyaiteman, sering mencemooh sesama teman, masalah yang dihadapi pengasuh juga dikarenakan usia dari anakasuh berbeda-beda sehingga sulit untuk menyesuaikan diri dengan fenomena di atas, dapat dilihat penyesuaian diri anak asuh masih mengalami masalah-masalah sehinggaia sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan panti meliputi pengasuh dan teman sebaya danlingkungan luar panti meliputi masyarakat sekitar panti dan sekolah. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk ISSN 1412-9760Copyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedmeneliti tentang “ Masalah-ma¬salah yang Dialami Anak Asuh Dalam Penye¬suaian Diri denganLingkungan”.METODOLOGIPenelitian bersifat deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya tentang masalah-masalah yang dialami anakpanti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Subjek penelitian sebanyak 24 orang anak asuhPanti Asuhan Muhammadiyah Cabang Pauh Kota Padang, pada tingkat pendidikan SMP. Data mengenaimasalah yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan diperoleh melalui angketyang diadministrasikan kepada responden. Penilaian dari indikator menggunakan skala model Guttman yangterdiri dari dua kategori jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknikanalisis persentase Anas Sudijono 201043 dengan rumus sebagai berikutP = f/N x 100Keterangan P = Persentasef = Frekuensi jawabanN= Jumlah keseluruhan respondenHASILHasil penelitian menggambarkan masalah apa saja yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diridengan lingkungan panti meliputi teman sebaya, pengasuh dan lingkungan luar panti meliputi masyarakatsekitar panti dan sekolah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang masalah-masalah yang dialami anakpanti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, temuan penelitiannya sebagai berikut Silfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahMasalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti Asuhan DalamPenyesuaian Diri Dengan LingkunganKONSELOR Volume 3 Number 3 Sept 2014, pp 106-111Tabel 1. Masalah-masalah yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diri di lingkunganMasalah penyesuaian diri anakpanti asuhan di lingkungan temansebayaMasalah penyesuaian diri anakpanti asuhan di lingkunganpengasuhMasalah penyesuaian diri anakpanti asuhan di lingkunganmasyarakat sekitar panti asuhanMasalah penyesuaian diri anakpanti asuhan di lingkungansekolahDari rekapitulasi sub variabel di atas terungkap masalah penyesuaian diri yang dialami anak panti dilingkungan 1 teman sebaya yaitu 2 pengasuh yaitu 3 masyarakat sekitar panti 4 sekolah yaitu Jadi, persentase rata-rata keseluruhan masalah-masalah yang dialami pantiasuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan adalah hasil pengolahan data yang telah dilakukan berkenaan dengan masalah-masalah yang dialamipanti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, berikut pembahasannya1. Masalah yang dialami panti asuhan dalam penyesuaian diri di lingkungan teman sebayaBerdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masalah yang dialami anak asuh di lingkungan teman sebayayaitu 35,42%. Masalah¬¬-masalah penyesuaian diri dengan teman sebaya terjadi karena anak asuh memilih-milih teman dalam bermain, sulit menciptakan suasana yang menyenangkan disaat berkumpul, sukamenyendiri dan lain sebagainya. Tentu dengan adanya hal seperti itu akan menyebabkan anak asuh di jauhioleh teman sebayanya di panti yang dikemukakan Enung Fatimah 2010206 menjalin hubungan erat dengan teman sebayasangatlah penting untuk penyesuaian diri, pengertian dan saran-saran dari teman-temannya akan membantudirinya dalam menerima keadaan dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda dariorang lain dan keluarga orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya, semakin meningkat keadaannya untukmenerima dirinya, mengetahui kekuatan dan Syaiful Bahri Jamarah berpendapat 2002112 penolakan kelompok teman sebaya merupakanhal yang akan menyebabkan kekecewaan pada diri remaja tersebut. Kekecewaan anak asuh akan berakibatpada masalah yang dialami ank asuh dalam penyesuaian Masalah-masalah yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkunganpengasuh ISSN 1412-9760Copyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedBerdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masalah yang dialami anak asuh di lingkungan panti berkaitandengan lingkungan teman sebaya yaitu 29,17%. Masalah-masalah penyesuaian diri dengan pengasuh terjadikarena anak asuh tidak dapat mematuhi norma-norma yang dibuat oleh pengasuh, kurang menyadari adanyaotoritas pengasuh, tidak dapat menjalin relasi yang sehat dengan pengasuh, dan lain sebagainya. Masalahyang dialami anak asuh dalam penyesuaian diri juga dikarenakan pola asuh dari pengasuh sendiri, apabilaanak asuh didik dengan pola asuh otoriter maka akan menjadikan anak asuh egois, tidak menghargaipengasuh, agresif, dan lain dengan pendapat Syamsu Yusuf 2001133 sikap orang tua secara tidak langsung berpengaruh padapenyesuaian diri anak, sikap orang tua yang keras otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin pada anak,sedangkan sikap acuh tak acuh cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurangmempedulikan norma. Sebaliknya, orang tua yang memiliki sikap kasih sayang, keterbukaan musyawarahdan konsisten akan berpengaruh kepada sikap anak seperti hangat, terbuka, bertanggung jawab dan, patuhterhadap norma yang disimpulkan bahwa anak asuh yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan pengasuhdapat menyebabkan anak asuh tidak menghargai pengasuh, sulit untuk mendengar nasehat pengasuh dan sulitmenjalin hubungan yang harmonis antara anak asuh dan Masalah yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diri di lingkungan masyarakat sekitarpantiBerdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masalah yang dialami anak asuh di lingkungan masyarakatsekitar panti yaitu Menurut Enung Fatimah 2006141 remaja yang memasuki kehidupanbermasyarakat kebanyakan akan menghadapi masalah dalam penyesuaian diri, karena kehidupan masyarakatmenuntut agar remaja dapat menyesuaiakan diri, namun yang terjadi ketidakselarasan yang menyebabkankejengkelan pada diri remaja, karena mereka selalu disalahkan sehingga remaja merasa frustrasi dengantingkah lakunya sendiri. Selanjutnya menurut Mustafa Fahmy 198235 suasana masyarakat yang sehat danberkerja sama membuat individu merasa aman, tenang dan stabil dalam lingkup sosial maka faktor inilahyang menentukan baiknya penyesuaian diri individu ini sesuai dengan pendapat Djaali 200076 pergaulan di masyarakat berpengaruh terhadapperkembangan sikap remaja, apabila remaja selektif dalam menerima dan menggunakan sarana-sarana yangada di masyarakat dan dapat memisahkan yang baik dan buruk diharapkan remaja dapat menjadi orangdewasa yang dapat menyesuaikan diri dengan disimpulkan anak asuh yang tidak dapat manjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar pantimenyebabkan anak asuh akan meng-alami masalah dalam penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar pantipendapat dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat antara lain konflik, pergaulan bebas, terhadap penyesuaian diri anak asuh di lingkungan masyarakat. Semakin banyak konflik yangterjadi di lingkungan maka masyarakat semakin tinggi masalah penyesuaian diri yang dialami anak asuh,sebaliknya semakin rendah masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin baik pula penyesuaiandiri anak asuh di lingkungan Masalah-masalah yang dialami anak panti asuhan dalam penye-suaian diri dengan lingkungansekolahBerdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masalah penyesuaian diri yang dialami anak asuh dilingkungan sekolah yaitu Menurut Syamsu Yusuf 200154 sekolah merupakan penentu bagiperkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berprilaku, sekolah harusmenciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai ini sesuai dengan pendapat Mustafa Fahmy 1982129 sekolah harus memberikan jaminankeamanan bagi siswa meliputi gedung, alat-alat sekolah, fasilitas pendidikan agar siswa dapat menciptakansuasana senyaman mungkin. Selanjutnya, Sofyan S. Willis 2012144 berpendapat penyesuaian diri muridterhadap mata pelajaran dapat diterapkan oleh sekolah dengan cara menyesuaikan kurikulum dengan umur, Silfia Rahmah, Asmidir Ilyas & NurfarhanahMasalah-Masalah Yang Dialami Anak Panti Asuhan DalamPenyesuaian Diri Dengan LingkunganKONSELOR Volume 3 Number 3 Sept 2014, pp 106-111tingkat kecerdasan, dan kebutuhan-kebutuhan murid. Guru juga sangat berperan aktif dalam membantu anakasuh dalam penyesuaian diri dengan mata pelajaran dengan cara guru harus mampu menggunakan metodebelajar yang tepat, pemahaman psikologi pada anak dan remaja, sikap loyal terhadap pendidikan, berwibawadan memiliki pengetahuan umum yang luas apabila hal ini tidak diperhatikan oleh pihak sekolah maka anakasuh akan sulit menciptakan suasana belajar senyaman mungkin dan berdampak pada masalah penyesuaiandiri anak asuh di ling¬kungan DAN SARANKesimpulanBerdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami anak panti asuhan dalampenyesuaian diri dengan lingkungan panti, meliputi teman sebaya adalah menjalin relasi yang sehat denganteman sebaya dan di lingkungan peng¬¬-asuh adalah mempunyai kesadaran adanya otoritas masalah yang dialami anak panti asuhan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan luar pantimeliputi masyarakat sekitar panti adalah bersikap simpati terhadap kesejateraan orang lain dan dilingkungan sekolah adalah mampu membuat mata pelajaran senyaman kesimpulan diatas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut Pertama, diharapkan anakpanti asuhan yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan dapat menjalin relasi yangsehat, bersikap simpati terhadap kesejateraan orang lain dan menyadari adanya otoritas pengasuh sehinggaanak asuh dapat men-jalankan Kehidupan Efektif Sehari-hari KES. Kedua, diharapkan Guru BK membantuanak asuh yang meng-alami masalah dengan penyesuaian diri di lingkungan dengan cara meningkatkanpelayanan yang optimal kepada anak asuh seperti memberikan layanan informasi tentang menjadi pribadiyang menyenangkan, pentingnya menjalin relasi yang sehat dengan orang lain, layanan bimbingan kelompoktentang menumbuhkan sikap simpati, memahami diri sebagai makluk sosial, dan juga dapat meng-optimalkanpelayanan dalam konseling perorangan. Ketiga, diharapkan pengasuh berupaya mengoptimalkan programyang telah dibuat berkaitan dengan penyesuaian diri serta dapat membantu anak asuh dalam penyesuaian diridengan lingkungan panti maupun luar panti. Keempat, diharapkan peneliti selanjutnya, dapat mengungkapdan meneliti variabel lain yang berkontribusi terhadap penyesuaian diri anak asuh di lingkungan seperti peranpengasuh dalam meningkatkan penyesuaian diri anak asuh dan faktor-faktor penyebab masalah penyesuaiandiri anak RUJUKANAnas Sudijono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta Rajawali PressBimo Walgito. 1990. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta Andi OffsetDjaali. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta UNJElvira Susanti. 2011. Hubungan antara Dukungan Sosial di Panti Asuhan dengan Penyesuaian Diri Remajaterhadap Teman Sebaya di Sekolah. Skripsi. Universitas Negeri PadangEnung Fatimah. 2010. Psikologi Perkembangan Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Pustaka SetiaMustafa Fahmy. 1982. Penyesuaian Diri. Jakarta Bulan BintangSofyan. S. Willis. Psikologi Pendidikan. Bandung AlfabetaSunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Rineka CiptaSyaiful Bahri Jamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta Rineka Cipta ISSN 1412-9760Copyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reservedSyamsu Yusuf. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung Remaja Rosdakarya ... Materi social mapping terkait kondisi sosial ekonomi termasuk modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, budaya, kearifan lokal, budaya [3]. Social mapping mencakup demografik responden, studi data dasar panti asuhan, stakeholder mapping, identifikasi strategi dan tantangan pelaksanaan program pengembangan anak panti serta pemetaan kurikulum. ...... Hal ini lah yang terjadi pada anak Panti Sosial sehingga banyak bentuk penyimpangan yang dilakukan untuk mencari jati diri. Dukungan sosial panti penting bagi penyesuaian diri remaja kearah yang lebih positif [3] Hal ini terlihat pada anak Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 karena mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan internal panti baik dengan sesama penghuni panti maupun dengan pihak pengelola dan anak-anak tersebut perilakunya mulai mengarah ke hal-hal yang positif baik dari cara berpikir maupun cara bertindak. ...... Untuk mendukung penyesuaian diri anak panti maka menurut Rahmah dkk 2014 masalah penyesuaian diri sangat didukung oleh lingkungan panti untuk mendukung perkembangan kepribadian dalam cara berpikir, bersikap maupun berprilaku, sehingga perlu menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai perkembangannya [3]. Menurut Dianda 2018 perlu mengembangkan program yang bertujuan untuk mengurangi masalahmasalah remaja antara lainnya i memberikan perhatian yang intensif secara individual, ii pendekatan kolaboratif yang melibatkan banyak agensi di seluruh komunitas, karena filosofis dasar dari komunitas adalah pentingnya penyediaan program dan layanan, serta [2] identifikasi dan penanganan awal yaitu program yang sifatnya merangkul anak-anak dan keluarganya sebelum anak-anak mengembangkan berbagai masalah. ... Maria Ariesta UthaDita Oki BerliyantiIdrianita AnisSupriadiPanti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 has been owned by the DKI Jakarta Provincial Government since 1999 and is a Technical Implementation Unit in fostering youth with social problems. The mission of Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 is to form teenagers with social problems into teenagers with good personalities through physical, psychological, mental spiritual, social and work skills development in order to realize independence and social functioning by establishing cross-sectoral coordination. For this reason, the Faculty of Economics and Business, Trisakti University, together with the DKI Jakarta Social Service and the DKI Jakarta CSR Forum, have created a partnership in overcoming the problems of youth with social problems through the development of soft skills and hard skills. and participate in providing solutions and actively participate in activities to increase motivation and shape the entrepreneurial character of social development residents.... Problems can be experienced by anyone, including teenagers who live in orphanages. Among the problems at the orphanage are conflict with peers, adjustment, low subjective well-being, which is abbreviated as SWB Nadyatusofia, 2017, Rahmah et al., 2016. The cause of children in orphanages having problems in their lives is the lack of meaning in life Nafisah, 2018. ...The main problem in this study is the lack of subjective well-being levels of orphan adolescents. The purpose of this study was to reveal empirical data related to the effectiveness of mindfulness counseling to improve the subjective well-being of orphan adolescents. The population of this research is teenagers who live in Panti Sosial Bina Remaja Padang Panjang, West Sumatra. To measure the level of subjective wellbeing using an instrument namely subjective wellbeing scale that has 32 items. The research sample are 20 teenagers who were taken randomly with simple random sampling technique. The research sample was divided into 2 groups, namely the experimental group which consisted of 10 orphaned adolescents and the control group which also consisted of 10 orphan adolescents. Treatment was given with different techniques in the experimental group and the control group. The experimental group was given mindfulness counseling, and the control group was given lectures. Each group received 6 sessions of treatment. Data analysis used independent t test, which was processed using SPSS for Windows version Prior to hypothesis testing, prerequisite tests were conducted, namely through normality and homogeneity tests. The results showed that mindfulness counseling was effective in improving subjective well-being, with an increase in the experimental group of points compared to the control group, and a value of P = [18].Munculnya COVID-19 semakin memperburuk permasalahan yang ada, dimana mereka merasa jumlah teman mereka berkurang dikarenakan adanya hubungan yang kurang baik dengan teman dan munculnya masalah antara teman sebaya [22]. Interaksi dengan teman dapat mempengaruhi SWB remaja panti asuhan [23]. ...Aghnia Nafilah Nur Annisa Ihsana Sabriani BorualogoIndonesia has implemented Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB to prevent the spread of COVID-19. COVID-19 does not only have an impact on the individual's physical but psychological as well. Where COVID-19 has affected the mental health of adolescents living in orphanages. The study has shown the increasing concern felt by the orphanage adolescents age 10 to 18 during the COVID-19 period. This affects their subjective well-being SWB. This study aims to determine how the SWB for adolescents at the orphanage in the city of Bandung also includes the concerns on how they feels during the COVID-19 period. Participants involved this study are N = 380; male and female. The sampling technique used is cluster random sampling. The measuring instruments used in this study were from Children's World, namely CW-SWBS5, Children World Under COVID-19 and CW-PNAS. The results of this study showed that younger male adolescents M = SD = had higher SWB scores than female adolescents M = SD = who were older. Overall, the orphanage adolescents had a mean SWB score M = SD = According to the Cummins homeostasis theory, this score is above the normal average SWB score, which means that orphanage adolescents feel well-being during the COVID-19 period. Meanwhile, male worries were higher than females, and as they got older, their worries decreased. Orphanage adolescents reported increase stress and boredom with age, as well as a decreased pleasure and excitement during the COVID-19 period. Boredom and loneliness were also higher in female adolescents than male adolescent. Abstrak. Indonesia melakukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB untuk mencegah penyebaran COVID-19. COVID-19 tidak hanya berdampak pada fisik individu namun psikologis juga. Dimana COVID-19 telah mempengaruhi kesehatan mental remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Yang ditunjukan dengan adanya peningkatan kekhawatiran yang dirasakan remaja Panti Asuhan usia 8-10 tahun selama masa COVID-19. Hal tersebut mempengaruhi subjective well-being SWB mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana SWB remaja Panti Asuhan di Kota Bandung yang juga meliputi kekhawatiran yang mereka rasakan pada masa COVID-19. Partisipan penelitian ini N = 380; laki-laki dan perempuan. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini dari Children's World yaitu CW-SWBS5, Children World Under COVID-19 dan CW-PNAS. Hasil penelitian ini menunjukan remaja laki-laki M = SD = dengan usia lebih muda memiliki skor SWB lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan M = SD = dengan usia lebih tua. Secara keseluruhan remaja panti asuhan memiliki skor means SWB M = SD = Menurut teori homeostasis Cummins skor tersebut berada di atas rata-rata normal skor SWB yang artinya remaja panti asuhan merasa well-being di masa COVID-19. Sedangkan pada kekhawatiran laki-laki memiliki kekhawatiran lebih tinggi dibandingkan perempuan dan seiring bertambahnya usia kekhawatiran mereka menurun. Remaja panti asuhan melaporkan seiring bertambahnya usia adanya peningkatan pada stres dan bosan juga penurunan pada kesenangan dan semangat selama masa COVID-19. Kebosanan dan kesepian juga lebih tinggi pada remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki.... In a pandemic, stressors are even greater [7] . The problems of adolescents in the orphanage include aspects of adjustment to the environment in the orphanage such as adjustment to friends at the orphanage, with caregivers, problems adjusting to the surrounding environment, as well as problems adjusting to the school environment [8] . ...Senyum Indrakila Erindra BudiSoetrisno SoetrisnoHafi Nurinasarip> Background During the covid-19 pandemic, there are changes in living habits that must be faced by everyone, including teenagers. Adolescents in orphanages in adjustment experience stress, depression and sleep disturbances that can affect the quality of life. For this reason, progressive muscle relaxation efforts can be used as a way to improve adolescent mental health. Methods This type of research is an analitic observational. This research was conducted at the Marhdatillah Sukoharjo Orphanage, Central Java. The subjects in this study were 42 people living in the Mardhatillah orphanage which divided into control group 27 people and intervention group 15 people. In both the control group and the intervention group, mental health assessments were carried out twice. In the intervention group, prior to the second mental health assessment, a progressive muscle relaxation intervention was performed. Data was collected using the Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ and intervention. Analyzed by independent t-test with SPSS 21. Results The results of the independent t test were significant p= The control group consisted of 27 subjects with a mean post-test SDQ score of abnormal and post-test borderline. The intervention group consisted of 15 subjects with a mean SDQ score of pre-test abnormal and post-test normal. Conclusion Progressive muscle relaxation can improve mental health in adolescents who live in the Mardhatillah orphanage, Sukoharjo, Central Java. panti asuhan sekitar sini